Kolaborasi Unesco dan Tirtanadi Lahirkan Tata Kelola Limbah Domestik di Kawasan Danau Toba

WOL Photo
WOL Photo

MEDAN, WOL – Mewujudkan Danau Toba menjadi Monaco of Asia tidak bisa lepas dari kajian lingkungan hidup atau khususnya tata kelola limbah domestik di kawasan Danau Toba yang selama ini ditenggarai menajdi salah satu penyebab tercemarnya Danau Toba.

PDAM Tirtanadi merupakan operator pengelola limbah domestik atau limbah rumah tangga yang beroperasi di kawasan Danau Toba Parapat sampai saat ini hanya mengelola limbah dari 306 sambungan rumah.

Jumlah pelanggan air limbah di kelola PDAM Tirtanadi selama bertahun-tahun tidak mengalami peningkatan. Hal tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang salah satunya sikap apatis terhadap pencemaran Danau Toba. Sebagaimana data yang kita peroleh dilapangan, limbah domestik dari rumah tangga, peternakan bahkan hotel-hotel sampai saat ini masih banyak yang dibuang secara langsung ke Danau Toba. Hal diatas disampakan Direktur Air Limbah PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatra Utara, Heri Batangari Nasution, pada rapat konsultasi dan edukasi air oleh anggota pakar Unesco di Hotel Niagara Parapat, Kamis, 26 Mei 2016.

Heri Batangari Nasution, menuturkan kepada para peserta yang hadir mengenai beberapa kendala yang dihadapi dalam pengelolaan limbah domestik di Parapat seperti minimnya pertumbuhan sambungan limbah. Instalasi Pengolahan Air Limbah PDAM Tirtanadi disini memiliki kapasitas pengelolaan untuk 2000 sambungan, jadi masih mampu untuk mengelola limbah dari 1700 sambungan lagi dan selama ini kapasitas tersebut bisa dikatakan mubazir.

Kedepannya,PDAM Tirtanadi akan kembali melakukan pendekatan ke semua pihak agar limbah domestik dikawasan ini bisa kita kelola agar outputnya bisa kita salurkan ke danau toba sesuai dengan baku mutu yang ditentukan oleh Kementrian Lingkungan Hidup. Para pakar-pakar dari Unesco ini sudah kita bawa ke tempat pengolahan limbah domestik kita untuk melihat secara langsung proses yang kita lakukan. Masukan-masukan dari mereka terutama dari Profesor Shahbaz Khan selaku Direktur Unesco Asia Pasifik sangat berharga untuk direalisasikan dalam waktu dekat. Begitu juga sumbangan pemikiran yang disampaikan oleh Chairman World Water Forum asal Korea Selatan, Profesor Sontak Lee tentang konsep peduli lingkungan kawasan Danau Toba.

“Saya dan beberapa pakar dari Unesco telah bersepakat, kita akan berkolaborasi juga dengan 7 kabupaten yang berada di kawasan Danau Toba ini untuk fokus ke penanganan limbah domestik demi tercapainya tujuan presiden untuk membuat kawasan Danau Toba menjadi “Monaco of Asia,” ujar mantan Kepala Divisi Produksi PDAM Tirtanadi ini.

Masih dalam kesempatan yang sama, Direktur Air Limbah juga menyinggung tentang peran serta PDAM Tirtanadi di dalam Badan Otorita Danau Toba yang akan menaungi kawasan kaldera tersebut. Pada pertemuan ini juga, PDAM Tirtanadi mengharapkan rekomendasi dari Unesco agar PDAM Tirtanadi dapat mendapat peran disana untuk mengelola limbah domestik karena didasarkan pada kesiapan dan perencanaan yang sudah dipersiapkan. Semua nya hanya bertujuan untuk pelestarian kawasan Danau Toba di masa depan. Program-program pengelolaan limbah domestik kawasan Danau Toba akan disusun dan segera diusulkan ke Badan Otorita Danau Toba.

“Kita ingin berperan dalam rencana pengembangan kawasan Danau Toba ini, PDAM Tirtanadi ingin membangun lingkungan hidup yang lebih baik, ” kata Heri Batangari Nasution.

Sementara itu, pada kunjungan ke IPAL PDAM Tirtanadi, Direktur Unesco Asia Pasifik Profesor Shahbaz Khan memberikan masukan yang paling mendasar kepada masyarakat dan pengunjung Danau Toba untuk tidak membuang sampah secara langsung ke Danau Toba.

“Kami mohon, mari kita hentikan pembuangan sampah dan limbah ke Danau Toba. Lihatlah betapa beruntungnya masyarakat disini diberi keindahan oleh Tuhan, mari kita jaga bersama agar semua ini terus terjaga keindahannya. Dan kepada PDAM Tirtanadi saya telah mengatakan untuk meningkatkan kembali instalasi pipa air limbah komunal terutama di kawasan Ajibata, Parapat,” ujarnya.

Unesco mengatakan mereka tidak akan hanya berhenti pada pertemuan ini saja, setelah ini kami akan mengeluarkan rekomendasi kepada pemerintah yang juga melibatkan PDAM Tirtanadi sebagai satu-satunya operator pengelola limbah domestic di kawasan ini.

Menurut Profesor Sontak Lee, pakar air dari Korea Selatan “ Selama lebih dari dua puluh tahun menurut saya kawasan Danau Toba ini belum ada peningkatan kepedulian terhadap lingkungan dan konservasi”. Profesor ini bisa berkata demikian karena dia pernah berkunjung kesini 20 tahun yang lalu dan saat ini kondisi nya semakin parah.

“Saya dan kita semua berharap kepada PDAM Tirtanadi jangan berhenti untuk mengelola limbah domestik disini. Meski tadi disampaikan bahwa pengelolaan limbah domestik disini secara financial masih jauh dari profit, tapi dari segi lingkungan hidup ke depannya kita akan banyak di untungkan” ujar Prof. Sontak Lee.

Pertemuan konsultasi yang dihadiri oleh pofesor dan ahli air dari berbagai negara itu berlangsung selama dua hari di Medan dan Parapat. Dihadiri oleh Direktur Adm. Keuangan Arif Haryadian, Direktur Air Limbah Heri Batangari Nasution, Direktur Unesco Asia Pasifik Profesor Shahbaz Khan, Profesor Sontak Lee yang saat ini menjabat Gubernur Konsul Air Dunia, Olivia Castello dari United Nation Secretary General Advisory Body Filipina, Profesor Basant Maheshwari dari Australia, Profesor Demin Zhou dari China, Thariq Rana dari Australia, Anthony Sales dari Filipina, Mohammad Roseli dari Malaysia, Profesor Ramadhan Hamdani Harahap dari USU. Dan berbagai akademisi partisipan lainnya.

(wol/rdn/data3)

Sumber : www.waspada.co.id